Rever

Published January 28, 2012 by unasignorina

Pagi ini tiba-tiba saya teringat tentang mimpi, atau cita-cita tepatnya. Entah kenapa, tapi sepertinya ide ini lahir dari hasil kepo akut yang saya derita selama ini.haha

Jadi begini,

Saya masih ingat, entah satu setengah atau dua tahun yang lalu, di suatu perkuliahan, dosen saya bertanya kepada kami {read:mhsswanya} mengenai cita-cita kami sewaktu kecil.

dosen: quand vous etiez petits, vous vouliez etre quoi? (saya lupa jelasnya, tapi sepertinya ini pertanyaan yang diajukan.haha)

Lalu, seperti lupa kalau sudah menjadi mahasiswa, sudah berumur pula, kami sekelas langsung ramai!Yah, saat itu kelas menjadi sangat ramai, setiap mulut berbicara, saling menengok ke kanan ataupun ke kiri {karna posisi bangku yang membentuk lingkaran tak sempurna}, lalu seperti lupa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan dosen, kami semua mulai bernostalgila, tertawa dan mencerca kebodohan dan kealay-an jaman baheula.

Dan melihat suasana kelas yang mulai kacau, si dosen pun kembali berusaha menguasai kelas. Beliau mulai menanyakan satu persatu mahasiswa tentang ‘ingin menjadi apakah mereka sewaktu kecil?’ (dan saya mulai ingat, saat itu kami sedang belajar imparfait πŸ™‚ )

Satu persatu siswa mulai menjawab. Ada yang ingin menjadi dokter, astronot, penyanyi, artis, dan cita-cita hebat lainnya yang kelak bila menjadi kenyataan tentu akan menjadi suatu profesi yang bisa menghasilkan uang yang banyak pula..haha loh* πŸ˜€

Sampai kemudian, giliran saya untuk menjawab

“moi, quand j’etais petite, je voulais etre un professeur!”

Wihii, dan kelas pun riuh..
Mungkin mereka berpikir begini : ini anak waktu kecil pikirannya tua amat..haha πŸ˜€

biarin ajaa, karna saya ingat benar kalau dulu saya ingin sekali menjadi seorang guru, seperti mamah saya! πŸ™‚

Jadi begini,
Saya sejak kecil mungkin memang hanya seorang anak kecil biasa yang teramat sangat ‘miskin’ akan imajinasi. Jadi apapun yang saya lakukan, pastilah terinspirasi pada seseorang ataupun sesuatu. Dan inipun berlaku juga bagi terciptanya cita-cita saya.

Saya memang seorang pemimpi, emm, pengkhayal mungkin lebih tepatnya. Karna saya senang berkhayal, hingga untuk cita-cita pun, saya memiliki banyak! πŸ˜€

> Dan cita-cita pertama saya, adalah menjadi guru. Dan ini sudah jelas terinspirasi oleh si mamah.. πŸ˜€

> Lalu, saya merubah cita-cita, hingga akhirnya saya memutuskan untuk ingin menjadi insinyur pertanian! Yang ini, karna si ayah punya banyaak pohon di rumah, dan kali ini saya mencuri cita-cita si teteh yang sebelumnya lebih dulu ingin menjdi seorang insinyur pertanian.haha Lalu, beberapa tahun kemudian, saya tinggalkan cita-cita ini, karna akhirnya saya menyerah akan ketakutan saya pada binatang jelek bernama CACING! karna ayah bilang, seorang insinyur pertanian ga boleh takut sama binatang penyubur tanah ituu..hmm ilfil*

> Kemudian, saya memutuskan untuk menjadi seorang psikolog! Tenang sajaa, kali ini saya tidak mencuri cita-cita siapapun. Saya terinspirasi menjadi seorang psikolong (sewaktu esde) karna saya kerap kali dijadikan tempat curhat oleh teman-teman saya.haha Dan jujur, sampai sekarang saya sangat menikmati ‘pekerjaan’ satu ini.. πŸ˜€

> Meski tidak pernah ilfil dengan pekerjaan psikolog, namun menjelang SMA kelas 2, saya mulai merubah cita-cita saya. Kali ini semuanya bermula dari komik D*ra*mon. Waktu itu Shizuka berkata seperti ini: Aku ingin menjadi diplomat, dan bekerja untuk perdamaian dunia! Dan seketika itu pula, saya berpikir untuk menjadi seorang diplomat..haha πŸ˜€ dangkalsekali*

Lalu di detik ini, ketika saya sudah menjadi seorang mahasiswi tingkat 3 jurusan pendidikan bahasa asing, sebenarnya masih melekat cita-cita tersebut di benak saya. Layaknya mahasiswa yang mempelajari kebudayaan asing lainnya, saya tentu saja memiliki mimpi untuk mengaplikasikan, mengkonfirmasikan segala ilmu yang saya dapat, di tanah dimana ilmu itu berasal, Prancis.

Tapi, kali ini saya menghapus kata ‘Diplomat’ sebagai tujuan yang ingin saya capai. emm, tidak benar-benar saya hapus sebetulnya, hanya saja kata tersebut saya timpa dengan label yang bertuliskan kata lainnya.

Dan kali ini sepertinya saya mulai mengganti cita-cita saya lagi.

Tidak muluk-muluk, Tuhan. Tapi kali ini kata ‘Diplomat’ telah saya timpa dengan label bertuliskan ‘Bahagia’.

Tidak muluk-muluk,kan Tuhan? Entah jadi apa, tapi saya ingin kelak selalu bisa hidup bahagia.. πŸ˜€

Cukup Bahagia!

Karna setelah saya pikir ulang, bukankan selama ini cita-cita ataupun mimpi yang saya pilih merupakan sesuatu yang saya anggap akan dapat membuat saya bahagia, kelak karna berhasil menggapainya,kan? πŸ™‚

nadia

25052011 9.10

Leave a comment